kerajaan kerajaan hindu budha yang ada di indonesia lengkap
Tahukah kamu, bahwa kerajaan
Hindu - Budha tumbuh dan
berkembang sejak awal abad
masehi dan tersebar di beberapa
pulau di nusantara. Berikut
akan diuraikan perkembangan kerajaan
Hindu dan Budha.
1. Kerajaan Kutai.
Letak Kerajaan Kutai adalah di
Kalimantan Timur daerah
Muara Kaman di tepi sungai
Mahakam. Kutai merupakan
kerajaan pertama di Indonesia.
Kerajaan Kutai terletak di
Kalimantan
Timur daerah Muara Kaman di tepi sungai
Mahakam. Peninggalan dari
Kutai adalah 7 (tujuh) prasasti yang
ditulis dengan huruf Pallawa,
dengan bahasa Sanskerta.
Semua prasastinya tertulis
pada Yupa, yaitu tugu
dari batu yang berfungsi
sebagai tiang untuk menambatkan
hewan yang akan dikorbankan.
Dalam Yupa Kutai itu dapat
kita ketahui tantang:
a. Berisi silsilah : Kundungga
berputera Acwawarman yang
seperti dewa matahari.
Acwawarman berputera tiga – seperti
api tiga. Dari ketiga putra
tersebut, Mulawarman raja yang
baik, kuat dan kuasa. Sang
Mulawarman telah mengadakan
kenduri (selamatan),
mengadakan korban, maka didirikanlah
tugu oleh para Brahmana.
b. Tempat sedekah : Sang
Mulawarman, raja yang mulia
dan terkemuka telah memberi
sedekah 20.000 ekor lembu
kepada para Brahmana di tempat
tanah yang sangat suci
“Waprakecvara”.
c. Macam-macam sedekah yang
lain seperti : wijen, malai bunga,
lampu dan lain-lain.
Dari berita prasasti-prasasti
tersebut dapat diketahui
bagaimanakah keadaan sosial,
ekonomi dan pemerintahan
di Kutai.
a. Raja Mulawarman disebut
sebagai raja yang terbesar di Kutai,
sebab menaklukkan raja-raja sekitarnya.
b. Segi sosial, masyarakat
mengenal kasta-kasta karena pengaruh
India. Keluarga Kundungga
pernah melakukan upacara
Vratyastoma, yaitu upacara
penyucian diri untuk masuk
pada kasta Ksatria.
c. Segi ekonomi : disebutkan
raja menghadiahkan 20.000 ekor
lembu, berarti peternakan
maju, begitupun dalam bidang
pertanian, karena Kutai
terletak di tepi sungai. Dengan
demikian Kutai merupakan
kerajaan yang makmur. Namun
perlu dicatat bahwa Kutai ini
luput dari perhatian Cina.
2. Kerajaan Tarumanegara
Letak kerajaan Tarumanegara
adalah di Jawa Barat diantara
tiga daerah, Karawang –
Jakarta - Bogor. Peninggalannya
tujuh prasasti berhuruf
Pallawa berbahasa Sansekerta. Tidak
berangka tahun, dilihat dari
langgam hurufnya atau bentuk
hurufnya prasasti tersebut ditulis
± abad V M. Sumbernya :
prasasti dan berita dari luar
negeri, terutama dari Cina. Nama
ketujuh
prasasti tersebut yaitu :
a. Prasasti Ciaruteun
b. Prasasti Kebon Kopi
c. Prasasti Jambu
d. Prasasti Tugu,
e. Prasasti Lebak.
f. Prasasti Pasir Awi.
g. Prasasti Muara Cianten.
Di samping prasasti tersebut,
juga ada berita Cina yang
menggambarkan keadaan di
wilayah nusantara. Berita
itu berasal dari musafir Cina
yaitu Fa-Hein. Berita Cina
menyebutkan adanya kerajaan
bernama To-lo-mo. Kerajaan
ini beberapa kali mengirim
utusan ke Cina.
Berdasarkan sumber-sumber
mengenai kerajaan Taruma
tersebut, dapat diketahui
bagaimana keadaan :
a. Pemerintahan dan kehidupan
masyarakat.
1). Kerajaan Taruma yang
berkembang lebih kurang pada
abad V M.
2). Rajanya yang terkenal
Purnawarman.
3). Penganut agama Hindu,
aliran Vaisnawa.
4). Memerintah dalam waktu
cukup lama yang
disebutkan
5). Terkenal sebagai raja yang
dekat dengan Brahmana, dan
memikirkan kepentingan rakyat
(penggalian sungai
Gomati).
b. Segi Sosial : kehidupan rakyatnya
aman dan tenteram.
c. Segi ekonomi : pertanian
merupakan mata pencaharian yang
pokok.
d. Perdagangan berkembang
pula. Sudah mengenal
penanggalan (tanggal 8 paro
petheng bulan Palguna sampai
tanggal 13 paro terang bulan
Caitra).
e. Perekonomian maju, raja
memberikan sedekah 1.000 ekor
lembu pada para Brahmana.
3. Kerajaan Kaling
Letak kerajaan Kaling atau
Holing, diperkirakan di Jawa
Tengah. Nama Kaling berasal
dari Kalinga, nama sebuah
kerajaan di India Selatan.
Sumbernya adalah berita Cina yang
menyebutkan
bahwa kotanya dikelilingi dengan pagar kayu,
rajanya beristana di rumah
yang bertingkat, yang ditutup
dengan atap, Orang-orangnya
sudah pandai tulis-menulis
dan mengenal juga ilmu
perbintangan.
Yang sangat tampak bagi orang
Cina ialah orang Kaling
(Jawa), kalau makan tidak
memakai sendok atau garpu,
melainkan dengan jarinya saja.
Minuman kerasnya yang
dibikin ialah air yang disadap
dari tandan bunga kelapa (tuak).
Diberitakan pula bahwa dalam
tahun 640 atau 648 M kerajaan
Jawa mengirim utusan ke Cina.
Pada tahun 666 M, dikatakan
bahwa tanah Jawa diperintah
oleh seorang raja perempuan
yakni dalam tahun 674 – 675 M,
orang-orang Holing atau Kaling
(Jawa) menobatkan raja
perempuan yang bernama Simo, dan
memegang pemerintahannya
dengan tegas dan bijaksana.
Berdasarkan sumber-sumber
mengenai kerajaan Kaling
tersebut, dapat diketahui
bagaimana keadaan :
a. Pemerintahan dan Kehidupan
Masyarakat
Dalam berita Cina disebut
adanya raja atau Ratu Sima,
yang memerintah pada tahun 674
M. Beliau terkenal sebagai
raja yang tegas, jujur dan
bijaksana. Hukum dilaksanakan
dengan tegas, hal ini terbukti
pada saat raja Tache ingin
menguji kejujuran rakyat
Kaling. Diletakkanlah suatu
pundi-pundi yang berisi uang
dinar di suatu jalan. Sampai
tiga tahun lamanya tidak ada yang
berani mengambil.
b. Keadaan sosial dan ekonomi
kerajaan Kaling
Mata pencaharian penduduknya
sebagian besar bertani,
karena wilayah Kaling
dikatakan subur untuk pertanian.
Perekonomian, sudah banyak
penduduk yang melakukan
perdagangan apalagi disebutkan
ada hubungan dengan
Cina.
4. Kerajaan Kanjuruhan:
Letak kerajaan Kanjuruhan
adalah di Jawa Timur, dekat
dengan kota Malang sekarang.
Kerajaan Kanjuruhan ini tertulis
dalam prasasti Dinaya, yang
ditemukan di sebelah barat
laut Malang, Jawa Timur. Angka
tahunnya tertulis dengan
Candrasengkala yang berbunyi :
NAYAMA VAYU RASA =
682 Caka = 760 M. Isinya
menceritakan bahwa pada abad 8
ada kerajaan yang berpusat di
Kanjuruhan dengan rajanya
yang bernama Dewa Simha. Ia
mempuyai seorang putra
yang bernama Liswa, setelah
naik tahta dan melalui upacara
abhiseka Liswa bernama
Gajayana. Liswa ini mempunyai putri
yang
bernama Utteyana yang kawin dengan Janania.
5. Kerajaan Sriwijaya
Letak kerajaan Sriwijaya
adalah di Sumatra Selatan dekat
Palembang sekarang. Kerajaan
ini berdiri pada abad VII
M. Pusat kerajaan belum dapat
dipastikan, tetapi sebagian
besar para ahli berpendapat
bahwa Palembang sebagai pusat
kerajaan Sriwijaya. Sriwijaya
merupakan pusat agama Budha
di Asia Tenggara seperti yang
diberitakan oleh I Tsing seorang
musafir Cina yang belajar
paramasastra Sansekerta di Sriwijaya.
Beberapa prasasti peninggalan
Sriwijaya :
a. Prasasti Kedukan Bukit
b. Prasasti Talang Tuo.
c. Kota Kapur di Bangka.
d. Prasasti Telaga Batu.
e. Prasasti Ligor di tanah
genting Kra. Berangka tahun 755
M
f. Prasasti Karang Brahi.
g. prasasti Bukit Siguntang.
h. prasasti Palas Pasemah.
Sumber-sumber lain mengenai
Sriwijaya ialah berita dari
Cina, Arab dan India. I Tsing
bekerjasama dengan Sakyakirti
menulis kitab Hastadandasastra
yang pada tahun 711 disalin I
Tsing ke dalam bahasa Cina.
Sumber dari tambo dinasti T’ang.
Dinasti Sung, dari Chau You
Kwa dalam bukunya Chu Fan
Chi, dan lain-lain.
1). Perkembangan Kerajaan
Sriwijaya.
a. Faktor-faktor yang
menguntungkan Perkembangan
Sriwijaya, sehingga menjadi
kerajaan besar, maritim
nasional Indonesia, antara
lain :
• Faktor geografis, letaknya
yang strategis dalam jalur
dagang antara India dan
Tiongkok, lebih ramai setelah
jalan
darat India – Tiongkok terputus.
• Muara sungai di Sumatera lebar dan
landai mudah
dilayari.
• Faktor ekonomis, di Sumatera banyak
hasil untuk
diperdagangkan, misalnya penyu, gading,
kapur barus
dan lain-lain.
• Keruntuhan kerajaan Funan di Vietnam
akibat
serangan Kamboja, yang dulunya sangat
berperan di
Asia tenggara, pada abad VII runtuh, dan
digantikan
Sriwijaya, cepat berkembang sebagai negara
maritim.
b. Sistem Pemerintahan dan Perluasan
Daerah.
Kerajaan Sriwijaya terus melakukan
perluasan wilayah.
Raja yang terkenal adalah Balaputradewa.
Pada masa
pemerintahannya Sriwijaya mencapai jaman
keemasan.
Balaputradewa merupakan keturunan dari
Dinasti
Syailendra. Sriwijaya sudah mengadakan
hubungan
dengan Cina. Sriwijaya sudah mempunyai
hubungan
dengan India, yang tertulis dalam prasasti
Nalanda yang
isinya menyebutkan bahwa sebuah biara
telah dibangun
oleh Raja Dewapaladewa dari Benggala. Atas
perintah Raja
Balaputradewa, maharaja di Suwarnadwipa.
c. Agama yang berkembang di Sriwijaya.
Berita I Tsing mengatakan bahwa Sriwijaya
maju dalam
agama Budha, di samping itu juga berperan
sebagai pusat
pengembangan ilmu pengetahuan dan agama
Budha. I
Tsing belajar tata bahasa Sansekerta
selama enam bulan di
Sriwijaya. Ilmu keagamaan (teologi) Budha
di pelajari di
Sriwijaya. Pendeta Budha yang terkenal
adalah Sakyakirti.
Mahasiswa dari luar negeri datang di
Sriwijaya dulu,
sebelum belajar lebih lanjut ke India.
Peninggalan candi
di Sriwijaya terletak di Muara Takus dekat
sungai Kampar
di daerah Riau, juga di Bukit Siguntang
ditemukan Arca
Budha
d. Segi Ekonomis.
Sriwijaya sebagai pusat perdagangan,
menjadikan
Sriwijaya sebagai negara yang makmur bagi
rakyatnya,
sebagai pelabuhan yang dilewati
kapal-kapal dagang,
mendapat pemasukan dari pajak. Hasil dari
Sriwijaya
yang banyak diperdagangkan adalah :
gading, beras,
rempah-rempah, kayu manis, kemenyan, emas
dan
sebagainya. Sriwijaya sebagai negara
maritim merupakan
negara yang mengandalkan perekonomiannya
dari
kegiatan perdagangan
dan hasil laut. Untuk stabilitas
kerajaan Sriwijaya juga
membentuk armada laut yang
kuat, supaya dapat mengatasi
gangguan di jalur pelayaran
perdagangan.
2). Kemunduran dan
Keruntuhan Sriwijaya.
Faktor Ekonomi: Sriwijaya
mengalami kemunduran
pada abad X M, setelah terjadi
persaingan ekonomi antara
Kerajaan Sriwijaya dengan
Kerajaan Medang di Jawa Timur.
Faktor Politik: Sriwijaya yang
semula menjalin hubungan
baik dengan Colamandala,
akhirnya terjadi permusuhan,
Colamandala menyerang dua kali
(tahun 1023 dan 1068 M)
ke Sriwijaya. Walaupun tidak
mengakibatkan hancurnya
Sriwijaya, namun serangan ini
memperlemah keadaan
pemerintahan di Sriwijaya.
Faktor wilayah: yang makin
memperlemah posisi
Sriwijaya. Misalnya: banyak
daerah kekuasaan Sriwijaya
juga menyerang ke Sriwijaya
lewat ekspedisi Pamalayu
(1275). Serangan yang hebat
dari kerajaan Majapahit pada
tahun 1377, kemungkinan besar
menjadi penentu untuk
mengakhiri riwayat Sriwijaya.
6. Kerajaan Mataram Hindu
atau Mataram Lama di
Jawa Tengah.
Prasasti Canggal yang ditandai
dengan Candrasengkala
Cruti Indria Rasa = 654 C =
732 M. Ditemukan di desa Canggal,
daerah Kedu dekat desa Sleman,
daerah Yogya. Prasasti ini
berbahasa sanskerta dan
hurufnya Pallawa. Isinya asal-usul
Sanjaya dan pembangunan lingga
di bukit Stirangga.
Letak ibu kota kerajaan secara
tepat belum dapat dipastikan,
ada yang menyebut Medang di
Poh Pitu, Ri Medang ri Bhumi
Mataram. Daerah yang dimaksud
belum
jelas, kemungkinan besar di
daerah Kedu
sampai sekitar Prambanan
(berdasarkan
letak prasasti yang
ditemukan). Berikut
adalah nama raja-raja yang
pernah
memerintah.
Pemerintahan kedua dinasti
yang
berbeda agama, dapat berjalan
dengan
rukun. Hal ini menjadi bukti
bahwa
kerukunan hidup umat beragama
di
Indonesia
sudah ada sejak dulu. Sesudah
raja Balitung memerintah masih ada
beberapa nama lagi
seperti Daksa memerintah 910 –119,
Tulodong : 919 – 921
dan Wawa : 921 – 927. Sesudah Wawa wafat
digantikan Mpu
Sindok menantu Wawa yang memindahkan
kerajaannya ke
Jawa Timur dan mendirikan dinasti baru
yaitu Dinasti Icana
pada tahun 928 M.
7. Kerajaan Kediri ( tahun
1042 – 1222)
Pada waktu terjadi pembagian
kerajaan Airlangga,
Samarawijaya sebagai raja
Panjalu dan Panji Garasakan sebagai
raja Jenggala. Terjadi perang
saudara di antara keduanya. Raja
Kediri yang pertama Bamecwara
yang memerintah dari tahun
1117 – 1130 kemudian diganti
oleh Jayabaya 1135 – 1157. Raja
yang terkenal dengan
ramalannya – Jangka Jayabaya.
Hasil sastra pada masa
pemerintahannya adalah :
a. Kitab
Bharatayuda oleh Mpu Sedah dan Panuluh.
b. Kitab Hariwangsa karangan
Mpu Panuluh.
c. Kitab Gatotkacasraya
karangan Mpu panuluh.
Urutan raja Kediri selanjutnya
adalah :
a. Sarvecvara
b. Aryyaecvara
c. Kracaradipagandra.
d. Kamecvara – hasil sastra
antara lain : Kitab Smaradahana
oleh Mpu Darmaja dan Kitab
Cerita Panji.
e. Raja Kertajaya 1194 – 1222,
yang merupakan raja terakhir
dari Kediri yang dikalahkan
Ken Arok di Ganter.
9. Kerajaan Singasari (Tahun
1222 – 1292).
Sumber sejarah tentang
Singasari terdapat dalam buku :
Pararaton dan Negarakertagama,
ditambah prasasti-prasasti
peninggalannya.
• Pararaton atau disebut juga
Katuturanira Ken Arok, isinya
menceritakan riwayat Ken Arok
dari lahir sampai menjadi
raja dan urutan raja-raja yang
memerintah di Singasari.
• Negarakertagama ditulis oleh
Prapanca yang merupakan
seorang pujangga kraton
Majapahit pada tahun 1365 :
isinya : Pandangan filsafat,
keindahan kraton Majapahit,
perjalanan suci Hayam Wuruk ke
tempat percandian
leluhurnya antara lain ke
Singasari. Memuat riwayat Ken
Arok
juga.
Selama perkembangan kerajaan Singasari
diperintah oleh
beberapa raja. Pertama adalah Ken Arok
yang berhasil menjadi
raja pertama Singasari. Setelah membunuh
Tunggul Ametung
(Akuwu di Tumapel) Ken Arok dapat
mengalahkan Kertajaya
Raja Kediri di pertempuran Ganter 1222.
Istri Tunggul Ametung
yang bernama Ken Dedes, dipersunting Ken
Arok, menurut
ramalan Ken Dedes akan menurunkan
raja-raja besar.
Setelah Ken Arok meninggal karena dibunuh
Anusapati
(anak tirinya), maka Anusapati
menggantikan sebagai raja.
Tohjaya anak Ken Arok dengan Ken Umang
membalas dendam
dengan membunuh Anusapati. Tohjaya hanya
beberapa bulan
saja memerintah karena terjadi
pemberontakan dan Tohjaya
terbunuh. Ronggowuni dan Mahisa Campaka,
sebagai raja
dan patih yang memerintah di Singasari
lebih kurang selama
20 tahun. Pemerintahannya stabil.
Putra Ronggowuni yang bernama Kertanegara,
menggantikan ayahnya menjadi raja
Singasari. Singasari
mencapai puncak kejayaan di bawah
pemerintahan raja
Kertanegara.
Kertanegara terkenal dengan gagasannya
untuk
menyatukan seluruh kerajaan-kerajaan di
Nusantara di bawah
payung kekuasaan Singasari. Cita-cita ini
dikenal sebagai
Wawasan Nusantara I. Untuk melaksanakan
cita-citanya
Kertanegara melakukan :
• Perluasan daerah dan hubungan dengan
luar negeri.
Pengiriman expedisi ke Sumatra yang
terkenal dengan
ekspedisi Pamalayu 1275 M. Kertanegara
mengadakan
kerjasama dengan Campa untuk bersama-sama
menghadapi
Ku Bilai Khan dari Cina, yang dianggap
sebagai ancaman
oleh Kertanegara.
• Struktur Pemerintahan Singasari sudah
lengkap, yaitu pada
pemerintahan Kertanegara raja sebagai
penguasa tertinggi.
Kemudian didampingi dewan penasehat. Di
bawahnya
masih terdapat pegawai-pegawai yang
mengawasi berbagai
bidang. Bidang agama, pertahanan dan
sebagainya.
• Kehidupan Agama, Singasari masa
pemerintahan raja
Kertanegara, agama Hindu dan Budha
sama-sama
berkembang. Kertanegara sendiri memeluk
Ciwa-Budha,
terjadi sinkretisme antara agama
Hindu-Budha. Kertanegara
menganut aliran Tantrayana.
Dengan politik perluasan daerah yang
dicanangkan
Kertanegara, banyak
tentara yang dikirim keluar daerah.
Pada waktu sedang sepi
penjaga, dan pasukan penjaga istana
berkurang, Singasari diserang
raja Kediri yaitu Jayakatwang.
Kertanegara meninggal dalam
peristiwa ini, dicandikan di dua
tempat, di Candi Jawi dan
candi Singasari.
Raden Wijaya dengan bantuan
pasukan Tar-Tar (Cina)
dapat mengalahkan Jayakatwang,
dan mendirikan kerajaan
Majapahit. Kertanegara sebagai
raja terakhir dan terbesar
dari kerajaan Singasari,
diabadikan di beberapa tempat.
Terkenal Arca Kertanegara yang
bernama Joko Dolog di
Surabaya. Wafatnya Kertanegara
mengakhiri riwayat kerajaan
Singasari.
10. Kerajaan Majapahit
1. Sumber-sumber sejarah
Majapahit yaitu:
a. Prasasti Kudadu
b. Kitab Negarakertagama
c. Kitab Pararaton
d. Buku-buku kidung, misal:
Kidung Ronggolawe, Kidung
Sundayana
e. Prasasti-prasasti yang
merupakan peninggalan raja
Majapahit
f. Berita-berita Cina, misal
kitab Ying Yai Sheng Lan.
Karangan Ma Huan dan
catatan-catatan dalam tambo
dinasti Ming.
2. Berdirinya Majapahit
Setelah kerajaan Singasari
hancur, Raden Wijaya
bersama-sama pengikutnya lari
karena dikejar tentara
Kediri. Sampai di desa Kudadu
mendapat bantuan dari
kepala desa di Kudadu,
kemudian melanjutkan perjalanan
ke Madura minta perlindungan
kepada Aria Wiraraja.
Raden Wijaya disuruh pura-pura
menyatakan takluk,
sesudah dipercaya Jayakatwang
agar minta daerah di hutan
Tarik. Di Tarik tersebut Raden
Wijaya mendirikan kerajaan
yang
kemudian kita kenal dengan kerajaan Majapahit
3. Raja-raja yang memerintah
di Majapahit
a. Raja pertama Raden
Wijaya, bergelar Kertarajasa Jaya
Wardana (1293-1309 M). Beliau
menikah dengan ke empat
puteri Kertanegara yaitu: Dyah
Dewi Tribuwaneswari
(permaisuri), Dyah Dewi
Narendraduhita, Dyah
Dewi Prajnaparamita, Dyah Dewi
Gayatri. Langkah
Raden Wijaya mengawini putri
Kertanegara diduga
berlatar belakang politik,
agar tidak terjadi perebutan
kekuasaan.
b. Setelah Raden Wijaya
meninggal, tahta digantikan oleh
Jayanegara atau Kala Gemet pada tahun 1309. Beliau
merupakan raja yang lemah,
sehingga banyak terjadi
pemberontakan.
Beberapa pemberontakan yang
terjadi yaitu:
1). Pemberontakan Ronggolawe
dapat diatasi
2). Pemberontakan Lembu Sora,
dapat dipadamkan.
3). Pemberontakan Nambi, dapat
diatasi
4). Pemberontakan Kuti pada
tahun 1319, dapat diatasi
berkat jasa Gajah Mada dan
jasanya tersebut Gajah
Mada diangkat sebagai Patih
Kahuripan. Pada tahun
1321 Gajah Mada diangkat
menjadi Patih Daha.
c. Tribuwanatunggadewi
(1328-1350 M)
Karena Jayanegara tidak
mempunyai putra, tahta
seharusnya jatuh ke tangan
Gayatri. Karena Gayatri
memilih menjadi Biksuni, maka
Tribuwanatunggadewi
putrinya ditunjuk sebagai
wakil dan diangkat
menjadi raja ketiga bergelar
Tribuwanatunggadewi
Jayawisnuwardani. Di bawah
pemerintahannya terjadi
pemberontakan Sadeng dan Keta,
tapi semuanya dapat
diatasi oleh Gajah Mada yang
telah diangkat sebagai
patih Majapahit.
Pada saat upacara pelantikan
Gajah Mada sebagai
Patih Majapahit tahun 1331,
beliau mengucapkan
sumpah yang terkenal dengan
nama Sumpah Palapa.
Inti sumpah tersebut adalah
bahwa Gajah Mada tidak
akan makan Palapa (arti palapa
mungkin semacam
rempah-rempah), tidak akan
bersenang-senang/
istirahat sebelum seluruh
kepulauan Nusantara bersatu
dibawah kekuasaan Majapahit.
Tahun 1350 Gayatri wafat, maka
Tribuwanatunggadewi
yang merupakan wakil ibunya
segera turun tahta, menyerahkan tahtanya
kepada
putranya yaitu Hayam Wuruk.
d. Hayam Wuruk (1350-1389 M)
Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk ini,
Majapahit mencapai jaman keemasannya.
Cita-cita
Gajah Mada yang diucapkan lewat Sumpah
Palapa,
disebut pula sebagai Wawasan Nusantara II
dapat
tercapai. Wilayah Majapahit, hampir sama
dengan
wilayah Republik Indonesia, maka Majapahit
disebut
sebagai Negara Maritim Nasional II.
Selama pemerintahan Hayam Wuruk terjadi
tiga
peristiwa penting yaitu: peristiwa Bubad
tahun 1357,
perjalanan suci Hayam Wuruk ketempat
leluhurnya
serta upacara Crada yang diadakan untuk
memperingati
wafatnya Rajapadni tahun 1362.
Dalam bidang ekonomi, Majapahit sebagai
pusat
perniagaan di Asia Tenggara waktu itu.
Hasil-hasil
yang diperdagangkan adalah beras,
rampah-rempah,
garam. Terjadi hubungan dengan negara lain
seperti
Siam, Ligor, Birma, Kamboja dan Annam.
a) Hasil sastra jaman Majapahit antara
lain:
b) Kitab Negarakertagama karangan Prapanca
c) Kitab Sutasoma karangan Tantular .
Terdapat Kitab “Kutaramanawa” yang berisi
tentang aturan hukum di Majapahit.
Sepeninggal
Hayam Wuruk dan Gajah Mada Majapahit
mengalami
kemunduran. Pengganti Hayam Wuruk adalah
puterinya yang bernama Kusumawardhani.
e. Ratu Kusumawardhani (1389-1429 M)
Pada masa pemerintahannya terjadi perang
saudara dengan Wirabhumi yang disebut
perang
Paregreg. Berakhir dengan terbunuhnya
Wirabhumi.
Setelah Kusumawardhani berturut-turut
adalah:
1). Dewi Suhita (1429-1447 M)
2). Bhre Tumapel (1447-1451 M)
3). Bhre Kahuripan (1451-1453 M)
4). Purwawisesa (1457-1467 M)
5). Pandan Salas
(1467-1478 M)
Berakhirnya pemerintahan Pandanalas,
diganti
dengan pemerintahan Giridrawardhana.
Kerajaan
Majapahit mulai mundur dan akhirnya
runtuh,
disebabkan oleh faktor-faktor sebagai
berikut:
a. Faktor Politik (dalam dan luar negeri).
Dalam negeri, kesatuan Majapahit atas
kekuatan
Gajah Mada, setelah Gajah Mada meninggal
daerah
yang luas tersebut tak dapat
dipertahankan.
b. Faktor Ekonomi
Majapahit dulu dapat menyatukan daerah
pertanian
dan bandar-bandar, setelah ada ekspedisi
Cina,
bandar-bandar lebih suka langsung
berhubungan
dengan luar negeri. Bandar lebih
demokratis,
berusaha melepaskan diri dari Majapahit.
c. Faktor Agama
Perbedaan ideologi. Penyebaran Islam di
Asia
Tenggara, melalui jalur perdagangan yang lebih
dulu terpengaruh adalah bandar, maka
bandar
beragama Islam, Majapahit masih Hindu.
Bandarbandar
menentang Majapahit. Ada pula pendapat
yang mengatakan adanya serangan dari
Demak.
Dalam serat Kondo dan Babad Tanah Jawi
runtuhnya
Majapahit ditandai dengan candra sangkala:
Sirna
Ilang Kertaning Bumi
: 1400 C = 1478 M.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar